Terorisme gerilya kota sebenarnya sudah ada sejak dahulu, dan pola pergerakannya yang menggunakan taktik hit and run menjadi sesuatu kemampuan yang harus dimiliki oleh organisasi teror tersebut, hal ini pernah dilakukan oleh RAF (Red Army Fraction), sebuah kelompok teroris di Jerman berhaluan ideologi komunis, untuk melakukan serangkaian aksi kekerasan, mulai dari demonstrasi, pembakaran, hingga pengeboman, pendudukan kedubes, dan penembakan, menjadi black campaign mereka dalam mempropagandakan apa yang mereka sebut sebagai anti-kapitalisme, target-target serangan demonstrasi yang dimobilisasi oleh mereka untuk melakukan perlawanan terhadap hal-hal berbau AS, yang merupakan simbol dari kapitalis dunia, kelompok yang di mentori oleh Andres Baader dan Ulrike Meinhof ini memiliki literatur background yang berbeda dari para anggotanya,Ulrike meinhoff , seorang jurnalis wanita muda yang berhaluan kiri dan menjadi pemimpin redaksi majalah bawah tanah "konkret", vokal menyuarakan ideologi-ideologinya, kelompok ini sendiri populer pada 1968 hingga 1998 dan menjadi dalang bagi pembebasan Baader yang saat itu dipenjara.
Spanyol memendam kelompok ETA(Euskadi ta Askatasuna/Basque Freedom Homeland) menjadikan sasaran-sasaran pemerintahan Spanyol dan kepolisan untuk mereka serang. dengan berbagai metode mulai dari pengeboman hingga pembunuhan dengan penembakan, mereka juga merupakan sebuah organisasi yang rapih dan besar, serta bergerak secara berkesinambungan dengan kaderisasi yang matang sejak tahun 50an, ETA sendiri digawangi oleh sekelompok pergerakan mahasiswa pada awalnya, yang merasa bahwa orang-orang basque itu nasibnya tidak terperhatikan dan diskriminasi pemerintahan pusat menjadi pembenaran aksi teror mereka, pada perkembangannya kelompok ini sudah jarang aktif lagi dalam melakukan aksinya setelah pemerintah Spanyol dan Prancis melemahkan mereka dengan menghancurkan sel-sel mereka sampai habis.
struktur perang gerilya kota juga menjadi pola permainan yang digunakan oleh kelompok kartel narkoba di Meksiko dengan menjadikan perkotaan sebagai basis mereka untuk melakukan aksi brutal dan kekejaman dalam perdagangan obat bius, yang mana akhirnya aparat dan kartel saling baku tembak ditengah-tengah masyarakat kota, salah tembak dan terbunuhnya sipil menjadi hal yang tak dapat dihindarkan tentunya, bahkan adakalanya sipil malah dijadikan tameng hidup oleh mereka-mereka yang tengah bertempur sengit satu sama lain.
Penyerangan terhadap sebelas atlet Israel yang akan berlaga di Munich pun menjadi cerita lain dari perang kota yang mana sekelompok gerilyawan Palestina, bernama Black September melakukan penyusupan untuk melakukan aksi pembunuhan tersebut.
Tanpa harus mengindahkan aturan perang, menghindari korban dimata sipil, tanpa perlu tank, kavalery dan sepasukan besar dalam peperangan terbuka pada umumnya, perang kota seolah menjadi solusi lain dalam mewujudkan ideologi dan pemikiran yang mereka idamkan untuk menjadi kenyataan, entah itu berhaluan nasional, komunis atau religion.
0 komentar:
Posting Komentar