Minggu, 20 September 2015

Book Review : Gloomy Gift

Gloomy GiftGloomy Gift by Rhein Fathia
My rating: 3 of 5 stars

Just finished this book.

pertama-tama saya apresiasi untuk penulis yang sudah berani menulis genre thriller, apapun campurannya, action/romance/mistery/Legal, yang penting thriller buat saya, hehe. . . usai saya menulis calon buku saya, saya iseng cari-cari buku genre thriller karya anak bangsa, setelah sekian tahun selalu terpengaruh oleh penulis luar [sebut saja Mario Puzzo, Frederick Forsyth, Steve Martini, Robert Ludlum, Eric Van Lustbader, Chris Money, Chelsea Cain, dll] akhirnya nemu Gloomy Gift, karya Rhein Fathia, penulis berbakat untuk genre romance sepertinya.

Ceritanya cepat, alur tegangnya dapat, meski detail senjata kurang saya dapatkan disini, yang saya ingat hanya Beretta, senjata full metal buatan Italia yang disebut disini, serta ketegangan politik juga tidak ada di buku ini, bagaimana reaksi pemerintah, polisi, dll usai terjadi baku tembak di depan umum, tidak ada apapun.

Alur bercerita romance-nya bagus banget, mungkin karena saya buta dengan genre tersebut, sehingga saya lihat romancenya maksimal banget, applaus 5 star for rhein.

Hmm... banyak orang berharap buku ini bisa di filmkan, lalu siapa kira-kira tokohnya yang pas untuk memainkan peran-peran di film ini, mungkin ini ide saya, [Just Imagine]

Zeno - Donny Alamsyah
Kara - Vicky Shu
Dhewa - Iko Uwais
Garin - Cok Simbara
Raymond - Ray Sahetapy

haha iseng aja Rhein.....




View all my reviews

Selasa, 15 September 2015

Review : Tiga Sandera Terakhir

Tiga Sandera TerakhirTiga Sandera Terakhir by Brahmanto Anindito
My rating: 4 of 5 stars

Thrill form start to finish.
buku genre thriller militer yang sangat jarang di indonesia, membuat negeri ini menjadi bervariasi, sehingga tidak monoto terhadap buku2 jenis metro pop saja yang selalu menghiasi toko buku, ketertarikan saya terhadap buku ini utamanya karena mengangkat tema tentang Kopassus, pasukan khusus yang diterjunkan di daerah konflik Papua untuk melawan separatis yang melakukan penculikan terhadap 3 WNA, dan 2 WNI.

Melihat penggambaran sosok Kol. Larung Nusa, sebagai pimpinan Kopassus saya membayangkan sepertinya kalau di filmkan cast nya akan jatuh kepada Iko Uwais hehe..... ganteng, muda, tubuh tegap, wajah baby face, bersih, dan agak cembung, hmmm..... its look like mixed between Iko Uwais & Rizky Hanggono hehe...

Persenjataan yang digunakan di buku ini juga cukup detail, utamanya senjata yang digunakan special forces nya OPM, mereka punya RPG [what !!!]. pertempuran di hutan dengan pasukan hantu membuat saya jadi teringat akan film Lone Survivor yang diambil dari kisah nyata dalam Operation Red WIngs nya US Navy Seals.

Ada satu part yang menarik buat saya, yaitu saat tokoh bernama Nona, eks OPM pro RI, melakukan "disarm the gun", saat ditodong senjata oleh Kol Larung Nusa lalu melucuti senjatanya dan membalikannya ke Nusa, suatu teknik dalam FMA [Filiino Martial Arts] Kali Panantukan, mengingatkan saya akan film The Equalizer, yang dimainkan aktor favorit saya, Denzel Washington, membuat saya jatuh cinta dengan karakter misterius bernama Nona ini.

Bagi saya, Mas Brahm, sangat sukses dalam membuat buku genre militer thriller yang ditulisnya, alur cerita, emosional, senjata, sejarah, penggambaran wilayah, beberapa yang kurang adalah detail dari para sandera, terutama sandera perancis yang sepertinya kurang dieksplorasi dan sepertinya pemerintahnya pun tidak tahu mau tahu saat warganya di culik, tidak ada ketegangan yang sifatnya politik, mungkin karena buku difokuskan ke militer.

my rate 4/5

View all my reviews FINN. R

Koin Terakhir

Koin TerakhirKoin Terakhir by Yogie Nugraha
My rating: 3 of 5 stars

Belum baca, but as soon as posible, I want to read this book, waiting list ya, saya mau baca Gloomy Gift [Rhein Fathia] & Proyek Maut [Eddie Sindunata] dahulu, setelah sebelumnya selesai membaca Tiga Sandera Terakhir [Brahmanto Anindito], kalau dilihat review-nya, mungkin sekali sepertinya buku ini terinspirasi dari Bourne Trilogy, who knows

Saya sangat apresiasi sekali terhadap penulis thriller lokal, suatu genre yang sangat jarang di tanah air, dan bahkan saya pun tidak tahu bahwa di indonesia ada penulis thriller,

View all my reviews Finn. R

Sabtu, 05 September 2015

Dibalik Penulisan “Kehabisan Peluru” SEMTEX - A Notorious Explosive




Semtex adalah jenis bahan peledak berbahan plastik paling berbahaya dan paling sering digunakan oleh kelompok teroris karena mudah didapatkan, tidak berbau, dan tidak terdeteksi, salah satu kejadian yang membuatnya terkenal adalah peledakan pesawat Pan Am 103.

Semtex sendiri dibuat pada akhir 1950an oleh seorang Stanislav Brebera, seorang ahli Kimia di VCHZ Synthesia, kewarganegaraan Ceko.

Dalam penulisan buku “coming soon” saya “Kehabisan Peluru”, Semtex digunakan oleh tokoh Intelijen Riyadi yang juga anggota kelompok SDS, selain itu juga tokoh utamanya Arnoval Pratama juga menggunakan bahan peledak jenis ini. Beberapa peledak lain sebenarnya memiliki ketertarikan bagi saya untuk dipakai dalam penulisan novel, seperti ANFO atau PETN, hanya saja SEMTEX adalah bahan peledak yang unik dan memiliki kepraktisan sendiri dalam pemakaiannya.

Semtex sendiri bisa menjadi kombinasi bom mematikan apabila digabungkan dengan detonator selular, bom dengan menggunakan detonator selular adalah suatu hal yang lazim digunakan oleh para kelompok pemberontak, karena untuk mengaktivasi bom tersebut cukup menelepon kepada selular yang dijadikan detonator tersebut, untuk mengantisipasi terjadinya ledakan, beberapa pihak keamanan menggunakan jammer atau alat pengacak sinyal yang biasa nya lazim digunakan di dalam teater, gedung bioskop, dll tujuannya bukan untuk mencegah terjadinya bom meledak tetapi agar tidak mengganggu jalannya pertunjukkan, sebagian orang tidak akan sadar bahwa dirinya sedang terkena jammer, mereka hanya akan melihat bahwa handphonenya akan bertuliskan tidak ada sinyal.

Pervez Musharaf, Presiden Pakistan selamat dari upaya pengeboman karena Pihak keamanannya menggunakan jammer, usai iring-iringan mobilnya menjauh dari lokasi usai melewati sebuah jembatan di Rawalphindi, bom tersebut baru meledak, sehingga Musharaf lolos dari upaya pembunuhan.
[Tekno.tempo.co.id, fin library, dari berbagai sumber]

Daftar Blog Saya

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger