Anna Politkovskaya, seorang wartawan investigasi untuk harian Novaya Gazeta telah menulis puluhan artikel tentang pelanggaran HAM di Chechnya(Negara Pecahan Rusia), selain itu ia juga banyak sekali melakukan kritikan keras terhadap Perdana Mentri Russia sekarang, yaitu Vladimir Putin, keseriusannya dalam menegakan keadilan dan pelanggaran HAM ia tunjukkan dengan menulis dua buah buku, yaitu A Dirty War: A Russian Reporter in Chechnya (2001) dan Putin’s Russia(2004), yang mana ia banyak sekali menulis kritikan terhadap Putin yang menurutnya Putin ingin mencengkram demokrasi dan melakukan pelanggaran HAM di Cechnya.
Salah satu rilisan paling fenomenal yang dilakukan oleh Anna adalah saat ia menerima rekaman video dari seorang prajurit Russia, yang mengaku tidak dapat hidup tenang atas perbuatannya, dengan harapan apabila video itu rilis dapat membuatnya tenang, dalam video itu terlihat bagaimana para pejuang Chechnya yang sudah terluka parah bahkan sebagian tubuhnya hancur, lepas dan buntung namun tetap saja mereka di angkut paksa, ditumpuk-tumpuk kedalam truk dan dicaci maki tanpa henti oleh para pasukan Russia tersebut, sebuah kejadian yang akhirnya terkenal dengan Komsomolskoye Massacre, karena desa tersebut telah rata dengan tanah dibombardir oleh pasukan Russia tanpa sisa.
Namun kekritisan Anna ini harus dibayar mahal oleh nyawanya, saat ia sedang akan berangkat bekerja, ia ditembak mati oleh orang tak dikenal pada 2006 di apartemennya, proses pengadilan pun telah dilakukan namun tidak mampu mengungkap kejadian tersebut, awalnya pengadilan menduga polisi Moscow yang melakukan hal tersebut, para tersangka yang diidentifikasi bernama Dzhabrail dan Ibragim Makhmudov, dituduh membawa pembunuh itu ketempat kejadian dengan kendaraan, kemudian Sergei Khadzhikurbanov, mantan penyelidik kepolisian, dituduh memberikan bantuan logistik bagi pembunuhan tersebut.
Pavel Ryaguzov, mantan agen badan keamanan FSB, dituduh melakukan pemerasan dalam aspek lain kasus itu, tapi siapa sebenarnya otak dibelakang semua ini?? Pengadilan pun gagal membuktikan kalau mereka terlibat dalam pembunuhan tersebut dan akhirnya malah divonis bebas.
Bahkan meskipun Putin mendesak para pembunuh Politkovskaya dihukum, namun ia juga menyebut "sangat tidak berarti" kemampuan wartawati itu untuk mempengaruhi kehidupan politik di Rusia.
Kasus-kasus terhadap wartawan maupun penegak HAM menjadi semakin panjang dan Anna bukanlah satu-satunya korban dalam hal tersebut. Aktivis HAM Natalya Estemirova juga dibunuh. Seperti halnya Anna Politkovskaya, ia mengritik pelanggaran HAM di Chechnya. Tapi kenyataan bahwa pada umumnya kasus-kasus semacam itu tidak terungkap, banyak pengamat beranggapan proses baru pengadilan kali ini juga tidak akan membawa perubahan.
Kemudian Pembela hak asasi yang lain Lev Ponomaryov diserang orang tak dikenal di depan rumahnya.
Hal ini seolah menimbulkan pertanyaan bahwa penegakan demokrasi di Russia tidak berjalan baik, yang mana kebebasan pers harusnya dijunjung tinggi, ini seolah mengingatkan kembali pada masa dimana Joseph Stalin, pemimpin komunis garis keras Uni Soviet(sekarang Russia) pada waktu lalu masih berkuasa, ia menebar terror terhadap warganya sendiri dengan menurunkan puluhan ribu agen KGB(Dinas intelijen Rusia, sekarang FSB) di seluruh Uni Soviet dan akan membabat habis siapa saja yang coba-coba untuk melawannya.
(fin dari berbagai sumber : BBCIndonesia, voanews.com, Perang Chechnya(Agus. S), dll)
0 komentar:
Posting Komentar