Sabtu, 22 Agustus 2015

KEHABISAN PELURU

Sekelompok bersenjata melakukan serangan terhadap pos polisi didekat perbatasan wilayah sengketa, tiga polisi tewas, media berhasil datang duluan, meliput selongsong peluru, kemungkinan AK47, darah berceceran, meja kerja berantakan, kesimpulan awal ini adalah serangan balasan dari kelompok Heriyanto atas kematian salah satu anggotanya.
Reno Akbar, salah satu polisi korup pro Henry, Corp ia terlibat berbagai pemerasan terhadap pengusaha-pengusaha kecil di daerah kekuasaan Heriyanto, memeras restoran, ruko, hingga lahan parkir, yang tidak menuruti, ia bersama tiga temannya akan melakukan tindakan kekerasan, seperti pemukulan, pembakaran, hingga penganiayaan, tanpa terdeteksi, ia juga adalah orang yang selalu memasok informasi kepada Henry Vincent tentang hal-hal terbaru yang ada dikepolisian, seumur hidup jadi polisi tidak akan membuat dirinya jadi kaya.

Reno seperti biasa menghabiskan waktunya di rumahnya, dengan merokok dan menenggak minuman keras, puluhan batang rokok dan abu sudah berjejer dimeja, disamping pistol Beretta miliknya, ia hanya bertelanjang dada, tengah asik menonton televisi dan membaca koran pagi ini, lalu sebuah suara raungan alarm mobil menyala, sepertinya itu mobilnya, tidak tahu pastinya, mobil siapa, Reno panik, mengambil pistolnya, mematikan rokok dan bergegas keluar sembari memakai kaos putih miliknya. Reno Akbar berjalan perlahan ke arah garasi mobilnya, sepi tidak ada siapa-siapa, sementara mobil masih meraung-raung, ia mencoba membuka pintunya dan mematikan dari tombol kunci yang ia genggam, ia merasakan ada seseorang dibelakangnya, saat ia berbalik badan, sebuah pukulan dengan besi tabung pemadam menghantam wajahnya, membuat ia pingsan seketika.

Suara kursi mobil, berderit, ada sesuatu yang menempel dipunggungnya, sepertinya lem atau semacamnya, tubuhnya yang tengah bertelanjang dada, bagian punggungnya menempel di kursi kulit mobilnya, saat ia mencoba menarik, kulitnya menempel terasa sakit dan perih, kombinasi lem dan jahitan merobek-robek kulit punggungnya, beberapa darah mengering hasil jahitan terlihat, Reno Akbar terbangun, lengannya dilakban dengan sangat kencang ke setir mobil keduanya, hanya jari-jarinya terlihat terbuka, bagian pergelangan hingga telapak tangannya dilakban dengan sangat kencang, ia melihat kedepan, sebuah pemandangan, bangunan-bangunan kosong, sepi, dan beberapa rongsokan besi, jok mobil bekas yang ia lihat melalui pandangannya, ia tidak ada dirumahnya, angin sepoi-sepoi berbunyi, bergemirisik, terkadang terdengar seperti suara raungan manusia kesakitan hasil tabrakan angin-angin dengan dinding bangunan dan gravitasi, ditengah-tengah bangunan sepi. Derap kaki seseorang mendekati dari belakang, ia lalu masuk ke dalam, duduk disamping kemudi, Marciano SDS yang kali ini beraksi, ia membawa tang, pistol disematkan di pinggangnya, ini tidak live, rekaman hasil interogasi akan dikirimkan nanti.

“Kau bekerja untuk Henry.”
“Siapa kau, tahu apa?”
“Jawab saja, atau satu persatu jari-mu akan saya putus.” Tegas Marciano, Reno hanya menyeringai.
“Kau pikir, kau tahu siapa aku Hah !!”

Baiklah… Sebuah tang menjepit jari telunjuk kanannya, lalu benar-benar dengan sangat keras menekan hingga menghancurkan daging-daging dan tulang jemari tersebut, membuat Reno kesakitan, berteriak-teriak kencang, tidak ada yang mendengarkan, saat ia ingin berusaha memajukan tubuhnya kedepan,reaksi yang tidak terkontrol, rasa sakit menjalar dipunggungnya, lem dan benang jahitan menarik kulit-kulit punggungnya, jemari kanannya putus, berdarah-darah, lalu Marciano menyiramkan morphin, dan mengeringkannya dengan kain kasa, tetap saja darah mengalir, tidak perduli.

Mata Reno membelalak, “ANJINGG !!!” Mau mu apa Bangsat !!!”
“Pertanyaanku sudah jelas, dimana uang-uang itu disimpan?”
“Aku tidak tahu, aku hanya tahu jaringan Sabrina, pelacuran, penari seksi, apapun, kau mau itu? Aku bisa kasih.”
Marciano menyeringai dibalik kacamata retro hitamnya, ia menghampiri jemarinya Reno, kali ini jari tengah, kembali dengan tang.
“OKEE. OKE… Baik, baik, cukup, bangsat, sialann , Arghhh.” Teriak Reno. Matanya membelalak, menahan sakit, gigi nya bergeretak.

“Ada sebuah gudang, disitu uangnya disimpan, cukup banyak, bahkan mungkin sangat banyak, para wanita udik, wanita tua yang mengerjakan uangnya, merapihkan uang-uangnya, sebagian dari uang mereka tidak disetor ke bank, nah uang-uang yang tidak disetor ke bank itulah yang disembunyikan dalam sebuah gudang, dengan keamanan tingkat tinggi, kau harus melewati tiga keamanan bersenjata disana, tidak semudah itu masuk kesana.” Jelas Reno 

“Mudah saja, kalau kau ada disitu, kau yang akan menuntunku kesana, kau adalah orang dikenal disana, bilang saja aku ini orang suruhannya Henry, itu urusanku, sekarang antar aku kesana.” Reno hanya pasrah, rasa sakitnya dilepas, lukanya diobati, ia tidak ditodong, tetapi ia tahu bahwa orang yang menyiksanya ini adalah orang berbahaya, sekali serang dengan tangan kosong pun sudah cukup untuk menjatuhkannya lagi, lalu menyiksanya kembali, jangan coba-coba kabur.
“Jadi ini gudangnya? Besar juga?”
“Sehari-hari mereka memproduksi baju, untuk menutupi, konveksi.”
“Antar aku masuk.” “Serius, jangan cari gara-gara sama mereka.”
“Ya aku serius.”

Marciano dan Reno berjalan melewati lorong gudang, lalu menemui penjaga bersenjata, mereka membukakan pintu usai Reno berbicara sepatah dua patah kata, lalu Marciano & Reno melewati daerah-daerah dimana para wanita sedang bekerja, ia melewati rangkaian wanita muda, berpakaian minim, sedang mengerjakan perapihan uang, menyusunnya sesuai nominal uangnya, lalu membungkusnya dengan plastik yang ditekan oleh sebuah alat, ruangan disini sangat panas, wajar saja para wanita itu bekerja hampir telanjang, lalu ia kembali melewati penjagaan bersenjata dan menemui para wanita tua berpakaian putih-putih sedang mengerjakan jahitan dengan mesin jahit mereka, tibalah ditempat gudang inti, seseorang berbadan tegap, lengan penuh tato, dijaga tiga pengawalnya ada disana, lalu mendekat.
“Siapa dia?” Tanya Marno, pemimpin gudang sembari menenteng pistol.
“Dia orang suruhan Henry.” Jelas Reno. “Henry?”
“Ya saya orang suruhan Henry, bos kalian itu.” Sergah Marciano,
“Saya sedang melihat-lihat, melakukan rutinitas, pengecekan, dan audit, dari tampilannya, pasti kau pemimpinnya disini, benar?”
“Mau apa? Bukankah kemarin sudah diperiksa, memang harus setiap hari memeriksa, semua sudah sesuai hitungan, uang Henry tidak ada yang dilipat, saya sendiri yang akan menembak orang itu kalau berani mengambil uang nya Henry, meski hanya seperak.”
“Atau kau sendiri yang melipat uangnya, lalu siapa yang akan menembak mu kalau begitu? Itulah mengapa dibutuhkan orang seperti saya untuk melakukan dual control.” Tegas Marciano.
Marno hanya menyeringai, Marciano melihat-lihat kesekitar, ruangan, tiga pria bersenjata, apa yang bisa dilakukannya.
“Henry, Sabrina, Maria, tinggal sebut, mau saya hubungi siapa, jangan sampai Anda berakhir seperti Rafi, ditembak dikepala karena pengkhianatan terhadap Henry.” Ucap Marciano
Marno mendekat dan melihat Marciano tanpa rasa takut.
“Silahkan saja, buktikan, kalau sampai tidak terbukti, tahu angin akan mengarah kemana.” ujar Marno

Marciano menyeringai, menunduk, lalu memutuskan untuk pergi dari sana, sementara Reno ia antarkan ke kantor polisi, barang bukti sebagian diambil oleh Marciano di rumahnya, lalu ia kembali ke Safe House pribadinya, disana ia membuka laptopnya, mengecek email, dan mencolok flashdisk milik Reno, lalu membuka selular milik Reno, daftar panggilan, pesan singkat, di flashdisk tersebut terdapat foto-foto, teman temannya, lalu beberapa wajah pejabat yang tidak asing lagi, ia juga membuka internet banking, user dan password-nya diberikan percuma-cuma oleh Reno sesaat sebelum diantar kekantor polisi, daftar transaksi terakhir, dicetak, nomor-nomor rekening disimpan, usai selesai semua data dibundel jadi satu kedalam tas untuk diantar ke Agensi besok.

“$ 500,000,- ditransfer ke rekening pengusaha property, $ 300,000,- ditransfer ke rekening anggota parlemen, $ 200,000,- masuk kantong Reno, masih banyak lagi, polisi, politisi, partai koalisi, semuanya dipecah-pecah dalam bentuk transfer kecil-kecilan, hasil temuan tim investigasi juga menemukan adanya uang-uang tersebut diinvestasikan dalam bentuk cek, giro, dan deposito, sisanya dicairkan cash keras.” Ujar Norman kepada Meri.

“Beberapa foto temuan di flashdisk dan hardisk komputer Reno juga ditemukan wajah-wajah yang tidak asing, yang mengejutkan adanya foto seorang jaksa di file-nya, tetapi data transaksi dan transferannya tidak ada, mungkin cash, kita harus selidiki ini.” Kata Norman.

“Dia bukan polisi korup kelas kroco, dia yang mengatur transferan dana kepada orang-orang yang pro dengan Henry sepertinya, hasil pengecekan email pribadi milik Reno ditemukan ada beberapa percakapan dengan seseorang, tidak ada namanya, namun saat ditelisik oleh tim IT, menuju ke arah seorang anggota muda parlemen urusan dalam negeri, ia meminta imbalan sebesar $ 100,000,- atas uang tutup mulutnya serta aksinya di parlemen dalam usaha untuk membela kepentingan Henry, Corp terkait wacana pemerintah untuk menutup usaha-usaha ilegal dari Departemen yang dipimpin Sabrina, 30 usaha pelacuran diantaranya tidak berizin, alasan sulit mengeluarkan izin jadi kenekatan Henry untuk main kucing-kucingan dengan hukum, 
Reno inilah jembatan suap untuk membuka usaha-usaha tersebut, kalau tidak dibuka departemennya dia tidak akan bisa achieve target bagi Henry, Corp. saat ini kekuatan suara masih 50:50, si wanita muda parlemen ini adalah penguat suara bagi Henry, Corp.” jelas Meri.

“Ya, benar.” “Aku bukan ahlinya, kejahatan terorganisasi, tetapi kurang lebih seperti itu.” Jelas Meri.
 “Lalu bagaimana ? masih mau fokus untuk hancurkan Kelompok Heriyanto dahulu, atau korupsi dan penyuapan yang sudah menggunung ini dalam jajaran kelompok Henry?” Tanya Norman.
“Jangan Tanya aku, Tanya direktur.” Jawab Meri lugas. 

Keesokan harinya, Komisaris Rachman Hariyo dikepolisian ditelepon oleh Agensi, Meri sendiri yang menelepon, melaporkan ditemukannya gudang tempat penyimpanan uang hasil korupsi, penyuapan, penyogokan, pelacuran dari keluarga Henry.
“Jangan takut, jangan ikuti kata-kata pemerintahan yang pro terhadap Henry, ikuti kata hatimu, dikepolisian hanya kamu yang aku percayai.” Pesan Meri dibalik telepon.
Komisaris Rachman Hariyo diam sejenak, detail operasi, hasil pengintaian, dll akan dikirim via emailnya hari ini oleh Meri Ayu, sementara itu ia menyiapkan pasukan anti terror untuk melakukan penggerebekan. Polisi menembak 3 penjaga bersenjata, dan menangkap lebih dari delapan orang bersenjata lainnya yang menyerahkan diri usai dikepung, para wanita muda dan tua dipisah, mereka diikat dan dijadikan satu dalam ruangan, perlahan-lahan usai mobil angkutan kepolisian datang, mereka diangkut untuk dibawa kekantor polisi, uang tunai yang sudah dirapihkan senilai lebih dari Rp. 500,000,000,000,- ditemukan dalam kotak-kotak kayu besar, selain itu penyitaan senjata berbagai tipe dilakukan. Komisaris Rachman hanya tertegun dan menelan ludah melihat hasil sitaannya, luar biasa besar nominalnya. 

Taken from Chapter 43 : THRILLER NOVEL "KEHABISAN PELURU" My Upcoming Soon Novel 
Penulis bisa dihubungi di vinhramdhansetiawan@yahoo.co.id 

fiction/thriller action

3 komentar:

Akarui Cha mengatakan...

Uang dalam kotak kotak kayu *noted
Nice.

Akarui Cha mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Lucky Club Casino Site » Sign Up and get 100% up to $1000
The Lucky Club Casino site has the following features. · Create a new account by visiting the website · Enter luckyclub.live the Lucky Club code: · Select My Account

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger