Rabu, 27 Oktober 2010

Terorisme dalam perspektif ilmu Manajemen dan Organisasi

Semenjak tewasnya gembong teroris utama Noordin M Top sebagian orang awam mungkin mengatakan bahwa aktivitas terror sudah menurun di Indonesia, namun nyatanya justru malah semakin banyak meskipun dengan penurunan kualitas yang ada, seperti contoh tanpa kita duga-duga Dulmatin ternyata sudah berada di Indonesia, partner in crime Umar patek ini oleh sebagian pengamat disimpulkan masih dan tidak akan kembali lagi ke Indonesia karena bagi mereka Indonesia bukan ladang jihad yang bagus buat mereka.
Namun kasus penyergapan terhadap dulmatin di Pamulang serta tumbuhnya sel terorisme di Aceh menjadi suatu pertanyaan besar pada kita semua, siapa yang melakukan itu semua?? Adakah keterkaitannya dengan jaringan teroris Noordin M Top?? Itu semua mungkin hanya polri dan pengakuan dari para pelakunya sendirilah yang mengetahuinya, namun yang ingin saya bahas disini adalah bagaimana pola pikir mereka dan mengapa teroris itu malah tumbuh subur di Indonesia bukannya habis.
Para pengagum Terorisme di Indonesia tidaklah sedikit namun mereka kemudian terbagi lagi ke beberapa bagian.
Pertama, mereka adalah kelompok-kelompok Militan atau Hardcore yang memiliki suatu pola pikir yang radikal dan melakukannya dalam wujud nyata, contoh : Mengkonsep Pengeboman, Perampokan, Penyanderaan, dll.
Kedua, mereka adalah orang-orang yang memiliki tugas menjadi kombatan atau pemimpin perang di lapangan, contoh : aksi perampokan, Mencari senjata, logistik dan bahan peledak
Ketiga, Mereka adalah jaringan pelindung, yaitu orang-orang memiliki pandangan radikal saja dan bersedia untuk melindungi para pelaku utama dari kelompok pertama, namun tidak turut langsung dalam mengkonsep suatu kegiatan teror, contoh : menyediakan safehouse, menjadi kurir, menyediakan transport, dll
Dari sini kita dapat menganalisis bahwa pelaku teror adalah orang-orang yang menggunakan ilmu manajemen dan organisasi secara rapih dan baik dalam menjalankan aksinya. Sama seperti teori manajemen yang membagi tingkatan level manajer kedalam tiga tingkatan yaitu :
Pertama, High Manager yang berisi orang-orang kelas atas yang melakukan serangkaian konsep biasanya dilakukan oleh jajaran direksi, direktur dan komisaris
Kedua, Middle Manager yang berisi orang-orang yang bertugas menjalankan konsep yang sudah dibuat oleh orang-orang pertama dan menerjemahkannya ke dalam bentuk nyata. Contoh : Manager Pemasaran, Keuangan, dll
Ketiga, Low Manager yaitu orang-orang lapisan bawah, yang hanya menjadi pesuruh tanpa tahu menahu dan ikut campur dalam urusan orang-orang pada level teratas.
Contoh : Kurir, Satpam, dll
Namun yang menariknya adalah bahwa ketiga elemen tersebut saling berkaitan satu sama lain karena pabila salah satu fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik maka kegiatan suatu operasi tidak akan berjalan dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger